Rabu, 24 Oktober 2012

JEJAK LANGKAH WARTA 4


Demo 100 Hari SBY, Ricuh

CIREBON Patrolpost.com Aksi unjuk rasa 100 hari kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, diwarnai kericuhan antara mahasiswa dan aparat Brimob. Kericuhan tersebut tidak bisa dihindari, bahkan meluas antara wartawan dengan aparat Brimob. Kericuhan berawal saat aparat keamanan berupaya menghalau mahasiswa yang tengah memblokir Jl Brighjen Dharsono (by pass).
Situasi menjadi tidak terkendali saat sejumlah mahasiswa ditarik aparat Brimob untuk diamankan. Sejumlah peserta aksi yang tidak rela rekannya diamankan, mencoba untuk membebaskan rekannya. Akibatnya, aksi saling dorong antara mahasiswa dan aparat tidak bisa dihindari.
Bahkan, kericuhan tersebut semakin tidak terkendali saat sejumlah jurnalis memrotes ulah oknum Brimob yang menghalang-halangi proses peliputan dengan menutup lensa kamera wartawan dengan tangan bahkan menampar kamera wartawan. Kericuhan tersebut baru reda saat aparat Kepolisian Resor Kota Cirebon turun tangan menetralisasi keadaan.
Wakapolresta Cirebon, Kompol Indarto menjadi penengah kericuhan tersebut. Indarto berjanji akan mengusut oknum aparat yang bertindak represif pada wartawan. “Keep my word. Saya akan selidiki dulu, kalau terbukti bersalah saya minta maaf bahkan kalau perlu lewat media,” ujar dia menenangkan sejumlah jurnalis.
Kordinator Aksi Barisan Aksi Solidaritas Mahasiswa Untuk Demokrasi (Basis), Hendra Yuanda menyayangkan tindakan aparat yang represif. Menurutnya, tindakan aparat terlalu berlebihan. “Bukan kali ini saja, saat kami akan melaksanakan aksi unjuk rasa kedatangan SBY kami dibungkam agar tidak melakukan unjuk rasa. Sekarang saat melaksanakan aksi 100 hari pemerintahan SBY, aparat bertindak represif kepada mahasiswa,” ujar dia kepada Radar, Kamis (28/1).
Menurut Hendra, dalam aksi tersebut beberapa rekannya ada yang terkena pukulan aparat bahkan beberapa aset yang dibawa termasuk megaphone mengalami kerusakan. Tindakan aparat yang represif, kata dia, adalah cerminan pemerintahan SBY yang takut pada aksi-aksi yang dilakukan mahasiswa.
Dalam aksi tersebut, mahasiswa meminta pemerintahan SBY-Boediono lengser dari jabatannya lantaran dinilai gagal dalam melaksanakan sejumlah program 100 hari. Misalnya janji pemerintahan yang bebas korupsi, kolusi, nepotisme, dan pemberantasan mafia hukum, belum terbukti. “Anggodo adalah kacamata untuk melihat ketimpangan yang terjadi,” ucapnya.
Sementara dalam bidang pendidikan, SBY dianggap menjadi biang kapitalisasi dunia pendidikan dengan penerapan Undang-undang Badan Hukum Pendidikan (UU BHP). Mahasiswa juga mengritik perjalanan kasus Bank Century yang berlarut-larut. “Tegakkan supremasi hukum atau turunkan SBY Boediono,” tuturnya.
Selain itu, mahasiswa juga menuntut Wapres Boediono dan Menkeu Sri Mulyani agar dicopot dari jabatannya sebagai bentuk pertanggungjawaban pada kasus Bank Century.
17 PENDEMO DITANGKAP, 1 TERLUKA
Dianggap mengganggu ketertiban umum, 17 orang mahasiswa yang tergabung dalam Front Mahasiswa Reformasi (FMR) Cirebon terpaksa ditangkap dan menjalani pemeriksaan di Satuan Reserse dan KriminalPolresta Cirebon, kemarin (28/1).
Pantauan Radar di Polresta Cirebon, ketujuhbelas mahasiswa tersebut yakni Herman, Sandi, Elan, Firman, Alan, Ramadi, Zaki, Nono, Purwadi, Endin Saefudin, Ade Sutrisna, Ade, Yulian Hidayat, Asep, Reza, dan Egi. Satu persatu mereka memasuki ruang penyidik unit I Sat Reskrim Polresta Cirebon untuk diperiksa. Sambil menunggu giliran diperiksa, para mahasiswa hanya duduk-duduk dan tiduran di lorong ruang Sat Reskrim Polresta Cirebon.
Menurut Endin Saefudin kepada Radar mengaku, dirinya ikut diperiksa karena dianggap telah mengganggu ketertiban umum. “Padahal kami sudah melayangkan surat pemberitahuan resmi ke Sat Intelkam untuk melakukan unjukrasa, tapi kenapa kami dipukuli dan ditangkap seperti pelaku kriminal,” katanya.
Sayangnya, handphone Kapolresta Cirebon AKBP Ir Ary Laksman Wijaya maupun pejabat Polresta Cirebon lainnya saat akan dikonfirmasi tidak aktif dan tidak diangkat. Hingga pukul 18.00 para mahasiswa masih diperiksa polisi.
Sementara itu, seorang mahasiswa dari FMR yang mengalami luka-luka dievakuasi ke RSUD Gunung Jati Cirebon. Mahasiswa tersebut diketahui bernama Andri. Dirinya mengalami luka-luka terkena pukulan oleh polisi saat terjadi bentrok di bunderan Gunungsari Jl Dr Cipto Mangunkusumo Kota Cirebon. Namun, pihak RSUD Gunungjati melalui seorang dokter jaga dan sejumlah perawat di UGD menututup-nutupi kasus tersebut dan melarang para wartawan meliput dan mencari data di UGD RSUD Cirebon. (yud/hrd

Tidak ada komentar:

Posting Komentar